Blog pribadi dengan konten sekitar pendidikan. Pemilik blog ini adalah Moh. Salehorman, S.Pd., M.M. Pengawas SD Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep

Tampilkan postingan dengan label Dokumen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dokumen. Tampilkan semua postingan

Tulisan Guru SDN Kepanjin

                        AKU DAN PILIHANKU MENJADI  GURU

 ENTAH semalam mimpi apa?? Tiba – tiba ada kabar yang sangat mengejutkan dan sekaligus menggembirakan. Sore itu ada tamu yang datang. Tok....tok...tok....terdengar suara pintu yang seakan akan mengajak saya untuk menghampirinya.

Assalamu’alaikum.....salam yang diucapkan seorang laki – laki.

Wa’alaikumussalam...jawab serentak bersama adik saya. Segeralah adik perempuanku yang menghampiri pintu dan membukanya. Ternyata tamu itu adalah paman yang masih ada ikatan keluarga dari ibu. Sebut saja Pak Budi. Beliau menceritakan tentang keadaan keluarganya saat ini. Dan sampai pada inti pembicaraannya, tiba – tiba beliau menawarkan suatu pekerjaan pada saya.

“Kamu semester berapa?” tanya Pak Budi.

“Alhamdulillah sudah menginjak semester 3, Paman” jawab saya.

“Bagaimana seandainya kamu akan saya masukkan ke suatu lembaga, untuk sekedar cari pengalaman saja? “ tanya Pak Budi

“Tapi saya tidak punya pengalaman sama sekali Paman? dan lagi saya masih belum lulus kuliah?” jawab saya dengan wajah sedikit tegang dan perasaan yang gugup.

“Tidak apa – apa, oleh sebab itu daripada kamu diam di rumah, tidak punya kegiatan kan lebih baik mencari kesibukan dan sekaligus pengalaman, nak!” kata Pak Budi.

Tanpa pikir panjang karena kebetulan kami sekeluarga sudah berkumpul disana, dan dengan nasehat – nasehat dari orang tua akhirnya saya memberi keputusan.

“Alhamdulillah,,,baiklah Paman saya mau mencoba menerima pekerjaan ini dan semoga ini adalah awal yang baik untuk saya.”jawab saya dengan perasaan sedikit gembira dan sedikit bingung juga.

“Baiklah kalau begitu kamu langsung masuk hari Senin, dengan berpakaian putih hitam dan pakai sepatu. Kalau bisa jangan sampai terlambat karena kamu masih baru disana!” nasehat Pak Budi pada saya.

“Terimakasih banyak Paman, Alhamdulillah....InsyaAllah saya akan menjalankan semua ini dengan tulus dan ikhlas.” Jawab saya.

            Saya terlahir dari keluarga yang sederhana, dengan 3 bersaudara. Awalnya tidak punya pikiran untuk menjadi seorang guru. Sempat kebingungan setelah lulus SLTA mau melanjutkan kemana??? Dan sampai akhirnya saya lulus SLTA tetapi tidak bisa melanjutkan untuk kuliah karena sesuatu hal. Setelah setahun sempat menganggur, dengan kesabaran tepatnya tahun 2005 akhirnya saya dapat merasakan bangku kuliah. Mengambil jurusan Pendidikan Matematika, tempatnya tidak jauh masih tetap satu daerah dengan kelahiran saya. Karena keinginan dari orang tua untuk tidak jauh dari beliau karena anak perempuan. Betapa senang dan bahagia serta tidak lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan atas nikmat dan anugerah yang diberikan pada keluarga saya.

            Tanpa ada rencana dan persiapan yang matang saya merasa siap untuk melangkah demi masa depan. Serta untuk membanggakan kedua orang tua. Hari Senin pun tiba,  cuaca cerah, dengan penuh semangat semakin membawa saya  untuk yakin bahwa ini adalah yang terbaik. Dengan semangat kaki melangkah mengitari jalan, akhirnya tiba juga di tempat tujuan.

            Bismillah,,,hari pertama masuk kerja dengan perasaan yang tegang, gemetar, gugup, tetapi dengan penuh keyakinan bahwa saya bisa menjalani ini semua. Pandangan demi pandangan, tatapan demi tatapan menuju pada saya. Terdengar segelincir kata – kata yang terucap dari anak – anak.

“Ada guru baru....teman – teman ada guru baru....” gerutu anak- anak.

Sayapun melempar senyuman kepada mereka. Ternyata betapa senang ada di lingkungan yang berbeda. Mengenal teman – teman baru dan murid – murid yang beraneka macam karakteristiknya. Alhamdulillah saya dapat beradaptasi dengan mereka. Setiap hari disambut dengan sapaan – sapaan murid. Bahkan ada beberapa murid yang sengaja menunggu kedatangan saya hanya untuk memberi salam. Satu per satu saya mulai mengenal mereka. Baik teman guru maupun murid. Tidak semua orang yang saya senangi, tetapi saya tetap berusaha supaya dapat berhubungan baik dengan mereka. Agar tercipta suasana yang damai, tenang dan tentram. Baik dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah. Seorang  guru harus bisa menjadi contoh dan tauladan yang baik bagi muridnya. Betapa  bangga saya menjadi guru.

            Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebutan ini dapat dikatakan kepada seorang guru yang memang benar – benar memiliki nilai keikhlasan, kesabaran, peduli dan tanggung jawab yang besar. Sebenarnya pada hakekatnya karakter seseorang berbeda – beda. Dengan penuh rasa ikhlas kita melaksanakan tugas sebagai guru, InsyaAllah kita dapat membimbing dan mendidik moral anak – anak dengan baik. Tidak mudah mengeluh, bertanggung jawab serta niat yang tulus untuk membimbing siswa dalam memajukan pendidikan Indonesia.  Guru tidak hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga harus bisa mengajarkan segala sesuatunya meskipun hanya bisa mengajarkan satu huruf, itu bisa disebut juga dengan guru. Saya tidak akan bisa menjadi seperti yang sekarang ini tanpa adanya seorang guru. Berkat jasa, ketulusan, keikhlasan, ketelatenan seorang guru kita bisa dan mampu menjadi orang yang berguna dan bermanfaat.

            Tugas seorang guru sangat berat. Selain membimbing dan mendidik siswa, juga harus punya rasa tanggung jawab yang besar. Banyak orang berfikir bahwa menjadi guru itu gampang. Tapi mereka belum tahu tugas guru yang sebenarnya. Mungkin mereka cuma melihat dari sisi luarnya saja bahwa tugas guru hanya datang pagi, mengajar kemudian pulang. Mereka tidak tahu bahwa yang guru hadapi bukan hanya lima atau enam murid saja tetapi puluhan. Bahkan dengan ciri khas, kepribadian serta kenakalan murid yang berbeda – beda.  Sungguh berat tugas guru.  Dengan perbedaan –perbedaan itulah saya bisa menikmati menjadi seorang guru yang sebenarnya. Kadang saat ada di dalam kelas melihat anak – anak terbayang saat saya masih kecil,  yang mereka rasakan sama dengan yang saya rasakan dulu saat menjadi murid. Ada juga yang kadang membuat saya tertawa sendiri melihat tingkah lucu yang mereka lakukan. Sering dinasehati, dimarahi bahkan kalau sudah nakalnya keterlaluan sampai dihukum oleh guru. Hukuman itu suatu  masalah bagi saya, karena itu adalah suatu kode atau pemberitahuan bahwa saya harus bisa merubah sikap agar menjadi lebih baik dan tidak mengulanginya lagi. Berbeda dengan murid – murid sekarang, mereka sudah banyak melakukan kesalahan tetapi masih saja tidak jera. Tetap saja mengulang kesalahan yang sama. Seolah – olah nasehat dan hukuman itu tidak berarti, nah itulah perbedaan murid dulu dan sekarang. Tetapi saya sebagai guru tidak mau putus asa dan tidak akan pernah berhenti untuk memberi nasehat kepada murid- murid. Agar kelak mereka bisa menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan negara. Tidak ada kata – kata terlambat untuk saya agar bisanya membuat anak – anak memiliki moral dan akhlak yang baik.

            Guru adalah orang tua kita di sekolah. Berbahagialah kita sebagai anak, karena bukan hanya orang tua di rumah saja yang kita miliki, di sekolah pun kita juga punya orang tua. Siapa mereka??? Ya meraka adalah GURU. Murid bisa menjadikan guru sebagai teman. Teman untuk bercerita, bertukar pikiran mengenai suatu pelajaran, teman untuk bercanda asalkan ada batasan – batasan tertentu. Sebagai murid harus bisa selalu menghormati dan mengahargai guru seperti orang tua kita sendiri. Menjaga nama baik mereka. Tidak semena – mena terhadap mereka, karena guru adalah yang mendidik, membimbing, dan mengajari kita di sekolah. Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain.  Supaya orang tua dan sekolah tidak salah mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik antara keduanya. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan untuk mendidik anak di sekolah diserahkan kepada pihak sekolah yaitu guru. Jika guru, orang tua dan anak bisa membentuk hubungan yang sehat dan baik maka anak – anak akan mendapatkan lebih banyak bantuan serta mempunyai kehidupan sekolah yang menyenangkan.

            Sejak kecil saya diajarkan oleh kedua orang tua untuk selalu berbakti kepada siapa saja terutama orang tua dan orang yang lebih tua dari saya. Menghormati dan menghargai semua orang. Sebelum mengenal sekolah, dari lingkungan keluargalah yang utama menciptakan suatu sikap. Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluarga  manusia dilahirkan hingga berkembang menjadi dewasa. Dalam hal ini orang tualah yang mengemban tanggung jawab atas pendidikan anak. Jika mulai kecil orang tua sudah bisa mengajarkan, mendidik dan membimbing kita tentang sesuatu hal yang baik, nanti kelak kita akan terbiasa untuk bersikap baik pula kepada siapapun. Kita akan bisa menempatkan diri dimana kita berada. Kepada yang lebih tua terbiasa memanggil mereka dengan sebutan “ mas” atau “Mbak“. Kata – kata itu saya dengar dari orang tua saya. Sehingga sampai tua pun akan tetap memanggil dengan sebutan itu kepada orang yang lebih tua. Karena sudah terbiasa. Setelah lingkungan keluarga, baru kita dikenalkan pada lingkungan sekolah. Keluarga adalah lingkungan terkecil kita. Setelah lingkungan keluarga baru yang kedua yaitu lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah adalah salah satu tempat yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.  

            Teringat dulu waktu duduk di bangku TK, saya mulai dimasukkan ke suatu langgar tempat untuk mengaji. Saat itu tempat ngaji namanya langgar, beda dengan sekarang banyak madrasah dibangun untuk tempat mengaji. Disanalah saya diajari mengaji oleh guru ngaji, sebut saja bapak Jakfar. Bukan hanya saya yang mengabdi disana, tetapi kakak saya juga. Selain itu banyak anak – anak tetangga yang juga ikut mengabdi disana. Beliau begitu telaten mengajari anak – anak mengaji. Selain bapak Jakfar, istrinya pun ikut mengajar juga. Mereka adalah guru ngaji tauladan bagi saya. Selain mengaji juga diajari menulis bahasa arab, sholat dan menghafal surat – surat pendek dalam Al – Qur’an. Dengan aturan – aturan yang sebut saja kuno, maksudnya aturan yang memang benar – benar ketat dan disiplin. Sehingga murid atau santrinya benar – benar tunduk dan patuh pada guru ngaji itu. Kalau saya melakukan kesalahan pasti ditegur dan diberi sanksi oleh beliau. Itupun bukan hanya sekedar nasehat tapi juga mendapat sanksi yang keras. Seperti telinga dijewer, disuruh menyapu dan lain sebagainya. Sehingga  saya dan santri yang lain patuh pada beliau. Itu dilakukan semata – mata untuk mendidik saya dan santri yang lain agar berakhlak mulia. Akrirnya saya menyadari ternyata aturan, nasehat, bimbingan dari beliau berbuah manis. Santri yang pernah mengaji disana Alhamdulillah mempunyai akhlaq yang mulia. Berterimakasih kepada beliau berkat bimbingan dan jasa – jasanya, saya bisa menjadi insan yang berguna, berakhlak baik, dan akan menularkan ajaran tersebut pada anak - anak.

            Suka duka menjadi guru memang  benar – benar saya nikmati. Pada suatu ketika saya ditunjuk untuk menjadi guru pendamping kelas IV. Dimana terdapat sekitar 30 murid dalam kelas itu. Saya diberi tugas untuk mengajar mata pelajaran SBK ( Seni Budaya dan Keterampilan). Mau tidak mau saya harus siap melaksanakan tugas dan tanggung jawab itu. Meskipun di hati kecil berkata, merasa tidak mampu untuk melaksanakannya. Karena saya tau siswa di kelas itu berlatar belakang nakal, hampir semuanya. Suatu hari jam mengajar saya tiba, tepat pukul 11.00 wib setelah jam istirahat kedua. Sebelum masuk kelas, tiba – tiba terdengar suara begitu ramai sekali. Sampai terdengar ke ruang guru. Setelah didatangi ternyata dari arah kelas IV itulah yang ramai. Saya duduk di kursi dalam kelas itu, tetap saja ramai. Mereka tidak  menghiraukan kedatangan saya. Ada beberapa murid yang bilang, “diam anak – anak....ada ibu!” tetapi mereka tetep saja ramai. Ada yang menepuk nepuk bangku, ada yang bergurau,teriak- teriak seakan mereka bebas mau melakukan apa saja. Saya tatapi mereka satu per satu, dari sudut ke sudut tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tapi mereka tetap saja tidak menghiraukan adanya guru di depan.  Sungguh luar biasa pada saat itu. Sampai akhirnya saya hampir saja tidak bisa menahan emosi. Hampir saja saya mengucap kata – kata yang seharusnya tidak terucap. Alhamdulillah tidak sampai terjadi. Langsung dalam hati saya berucap istighfar sambil mengelus dada. Lalu saya keluar kelas menuju kamar mandi, sambil menetes air mata. Sebegitu pedihnya hati saya saat itu. Merasa  diremehkan, tidak dihargai oleh murid. Apa salah saya???  Atau mungkin mereka tidak senang dengan keberadaan saya disana??. Setelah 5 menit berlalu, saya kembali menuju kelas, dengan hati yang tenang. Suasana kelas berubah sunyi, entah apa yang terjadi dan apa yang mereka pikirkan???. Kemudian saya meminta maaf pada mereka semua, “seandainya punya salah tolong ibu diamaafkan, baik dari kata – kata ataupun sikap ibu terhadap kalian”. Mereka tertunduk semua, dan sambil menjawab, “ iya bu...kami juga mau minta maaf sama ibu”. Iya tidak apa – apa, semoga ini menjadi pelajaran untuk kita semua agar kita lebih baik kedepannya,” kata saya. “Dan ibu harap kalian bisa merubah sikap kalian, untuk saling menghargai, bisa menempatkan diri dimana kalian berada,” pesan terakhir saya sebelum meninggalkan kelas. Tett....teettt...bel berbunyi, tanda pelajaran sudah berakhir dan saatnya murid pulang. Setelah berdo’a anak – anak meninggalkan kelas satu per satu dengan menyalami (mencium) tangan saya. Do’a saya dalam hati, semoga anak – anak ini menjadi anak yang bermoral baik, bisa membanggakan kedua orang tua mereka, menjadi anak yang sholeh dan sholeha,serta selalu bersyukur kepada Allah SWT, Amiin.

            Setelah sampai di rumah, saya masih memikirkan kejadian di kelas tadi. Saya harus tetap semangat untuk mengajari mereka. Meskipun mereka sudah mempunyai kesalahan yang fatal, tetapi saya berusaha memaafkan mereka. Karena tugas saya sebagai guru, harus bisa menghadapi murid – murid yang berbagai macam karakter. Mengajari, membimbing dan mendidik dengan penuh kasih sayang. Harus bisa menjadi contoh yang baik bagi semua murid. Karena GURU, “diguguh dan ditiru”. Dari kejadian itu saya mengambil hikmahnya saja, bahwa saya harus lebih telaten, ikhlas, sabar menghadapi semua murid. Ini adalah suatu pengalaman dan pelajaran yang menarik untuk saya.

            Beberapa tahun berlalu, saya diberikan tugas lagi untuk menjadi guru kelas I. Karena pada saat itu guru kelasnya sudah pensiun. Alhamdulillah,,senang sekali karena mengenal lingkungan baru dan murid baru juga. Ternyata mengajar di kelas I lebih menyenangkan bagi saya. Melihat perkembangan anak – anak yang baru mengenal Sekolah Dasar (SD). Mereka masih liar, dalam artian belum mengenal aturan, tutur kata yang masih berantakan, sikap dan tingkahnya yang polos. Dari itu semua timbullah kelucuan – kelucuan yang kadang membuat saya tertawa. Butuh ketelatenan, kesabaran dan keuletan dalam menghadapi murid kelas I ini. Setiap hari mendengar celoteh – celoteh yang keluar dari mulut mungil anak – anak. Setelah beberapa waktu tugas baru menunggu saya. Ternyata saya dipindah tugaskan untuk menjadi guru kelas V. Berhubung guru kelas V juga sudah pensiun. Tidak jauh berbeda saat saya mengajar di kelas IV. Murid yang saya hadapi sudah agak dewasa berfikirnya, dalam artian mereka sudah lebih mengerti daripada kelas IV. Murid kelas V saat ini tidak begitu nakal, sifat mereka lebih pada kemanusiaan. Mereka mempunyai sifat sosial yang tinggi. Jika salah satu teman dari mereka mengalami kesusahan pasti saling membantu. Ulang tahun saya pun mereka selalu ingat. Kejutan – kejutan kecil selalu mereka berikan untuk saya, meskipun bukan saat ulang tahun. Dalam hal pelajaran juga lumayan baik, banyak prestasi yang mereka dapatkan. Yang lebih membanggakan lagi, saat bulan Ramadhan tiba. Tanpa sepengetahuan saya, mereka mengadakan kegiatan berbagi takjil bersama. Secara tiba – tiba sehari sebelum kegiatan itu dilaksanakan, baru mereka memberitahu dan meminta ijin pada saya bahwa akan mengadakan kegiatan berbagi takjil bersama. Kemudian saya ijinkan mereka untuk melaksanakn kegiatan itu, karena merupakan kegiatan positif. Saya bangga melihat mereka, mempunyai sifat sosial yang tinggi. Selalu mau berbagi kepada siapa saja. Ini adalah contoh yang baik untuk adik –adik kelas yang lain. Inilah suka duka saya menjadi guru. Saya sangat menikmati sekali. Banyak pengalaman – pengalaman yang terjadi. Begitu bangganya saya menjadi guru.    

 

 

 

 

 

 

 

OTOBIOGRAFI

 

 

 

RIKA PUSPITA

Lahir                : 24 Mei 1986

Sumenep, Jawa Timur

Pekerjaan         : Guru Sukwan

Nama Ayah      : Sudibyo

Nama Ibu         : Titik Anwariyah

Agama             : Islam

Hobi                : Nonton

Rika Puspita.

 Saya biasa dipanggil Rika. Saya lahir di Sumenep, Jawa Timur pada tanggal 24 Mei 1986. Dulu saya bersekolah di TK Sartika selama 2 tahun. Banyak prestasi yang di dapat selama masih di TK. Sering mengikuti lomba menyanyi, menari, dan fashion show. Kemudian saya melanjutkan ke SDN Pangarangan I pada tahun 1992-1998, lalu saya melanjutkan ke SMPN 1 Sumenep tahun1998-2001, dan setelah lulus SMP saya melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas tepatnya SMA Muhammadiyah 1 pada tahun 2001-2004. Sempat menganggur selama setahun setelah lulus SMA. Kemudian tepatnya tahun 2005, saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Kota Sumenep tepatnya STKIP PGRI Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan  Matematika

ditempuh selama 4 tahun dari 2005-2009. Sambil kuliah saya mencari kesibukan lain. Kesibukannya yaitu, saya mulai bekerja sebagai guru sukwan pada tahun 2007 hingga saat ini di SDN Kepanjin.

Sekilas tentang  keluarga saya. Saya anak kedua dari tiga bersaudara, saya punya kakak seorang laki – laki dan satu adik perempuan. Sosok seorang ayah yang memiliki sifat keras, tetapi hatinya lembut yang selalu memberi motivasi kepada kami bertiga agar menjadi orang yang sukses. Sedangkan ibu adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang sabar, baik, menyayangi kami dengan penuh cinta. Mereka  selalu mendoakan anak - anaknya untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa. Saya sangat menyayangi keluarga lebih dari apa pun. Selain mereka, saya mempunyai keluarga kecil yang  selalu memberi semangat hidup dan mensuport saya untuk kegiatan yang positif serta di kala saya sedang menghadapi masalah. Mereka adalah suami dan 2 orang anak yang lucu. Mereka adalah penyemangat saya. Saya sayang kalian semua.

 

           

 

 

Share:

Popular Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Categories

Halaman

Mengenai Saya

Foto saya
Instruktur Nasional Kurikulum 2013, Narasumber Nasional Kurikulum Merdeka